Sabtu, 26 November 2011

Pemugaran Istana Gunung Sahilan Hanya Janji Tinggal Janji


Janji pemugaran istana Gunung Sahilan sudah didengar keturunan dan masyarakat tempatan sejak masa Soeharto menjabat sebagai Presiden RI Kedua. Hingga kini sudah bergonta-ganti presiden, gubernur dan bupati. Namun janji-janji yang diberikan semacam penyemangat belaka. Tak kunjung terealisasi hingga hari ini. Bahkan istana makin rapuh dan satu-persatu kayu-kayunya berjatuhan ke tanah. Apalagi, dalam perayaan adat dan perayaan agama, istana tetap dimanfaatkan sebagai tempat pelaksanaan acara.

Beberapa waktu silam, Pemerintah Provinsi Riau melalui Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata (Budsenipar) melakukan pembangunan baru istana tepat di belakang istana asli. Sayangnya, bentuk dan motifnya sangat jauh berbeda dengan bentuk asli sehingga keturunan kerajaan menolak dan tidak mau menerimanya. Bangunan baru berbentuk masjid dengan lima kubah itu dibiarkan saja berdiri dan sesekali dimanfaatkan untuk ruang pertemuan.

“Bagaimana pula kami menerima bangunan baru itu, jelas-jelas tidak sesuai dengan bentuk aslinya. Saya juga tak habis pikir, masak mereka tidak bisa meniru bentuk aslinya yang jelas-jelas ada di depannya?,” aku Tengku Rahmad Ali sembari menunjuk bangunan baru yang terletak di samping rumahnya.

Camat Gunung Sahilan yang sempat diwawancarai Riau Pos beberapa waktu lalu menjelaskan bahwa renovasi istana akan dilaksanakan pemerintah dalam waktu dekat, minimal dalam anggaran APBD 2010-2011 mendatang. Sedangkan pembebasan lahan dilaksanaka dalam 2009 lalu. Pembangunan istana tersebut dari hasil sharing budget antara Pemprov Riau (pembangunan fisik istana) dan Pemkab Kampar (pembebasan lahan seluas satu hektare). Paling tidak, dalam pembebasan lahan sebanyak 8-10 rumah yang terkena, termasuk rumah Tengku Rahmad Ali. Yang terkena akan mendapatkan ganti rugi yang sesuai dengan harga tanah dan bangunan rumah mereka masing-masing.

“Renovasi istana dan pembangunan masjid raya Gunung Sahilan, menurut rencananya akan dimulai pada 2010 ini. Bentuknya sudah ada dan akan disepakati terlebih dahulu bersama keturunan kerajaan, ninik mamak dan pemuka masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Penggalian dan Inventarisasi Bidang Sejarah Kepurbakalaan yang berada di bawah naungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Riau Darliana menjelaskan, setakat ini, khusus untuk istana Gunung Sahilan baru dalam proses studi teknis. Artinya, apakah layak atau tidak untuk direnovasi. Setelah selesai barulah bisa diajukan untuk pelaskanaannya. Untuk studi teknis arkeologi sudah diajukan pada anggaran APBD 2010 yang jatuh pada tahun ini.

Dijelaskan Darliana, studi teknis itu meliputi tentang teknologi pembuatan seperti dinding kayu, apakah menggunakan pasak atau paku. Struktur bangunan seperti apa, sejarahnya bagaimana, bentuk dan bahan yang digunakan. Selain itu, juga harus dikaji tingkat kerusakannya berapa persen yang masih bisa diselamatkan dan berapa persen harus diganti karena lapuk dan sebagainya. “Studi teknis ini harus memperkuat pemugaran situs sejarah bukan malah melemahkannya. Yang diganti nantinya harus ditandai agar terlihat yang lama dan yang baru,” katanya.

Apapun alasan dan janji yang terlanjur diungkapkan baik oleh pemprov maupun pemkab, pemugaran harus segera dilaksanakan sebelum terlambat. Pasalnya, kondisi istana semakin uzur dan rapuh. Harapan masyarakat, terutama pewaris kerajaan, entah itu namanya pemugaran atau renovasi sudah cukup lama. Namun belum juga terwujud menjadi kenyataan.

Karenanya, Tengku Arifin, Tengku Rahmad Ali, Utama Warman, bahkan Nursyam yang rela menghabiskan waktu menemani Riau Pos selama di kampung itu sangat berharap mimpi mereka menjadi nyata. Bukan seperti selama ini, mereka hanya menelan ludah saat janji-janji diumbar di depan publik. Mereka mengharap bukti, bukan janji kosong melompong seperti istana saat ini.

by : ichin

1 komentar: